Saham Grab Merosot Setelah Debut di Bursa Saham AS, Kenapa?

Saham Grab merosot setelah debut di bursa saham AS, kenapa?

Perusahaan “Super App” layanan transportasi dan pengiriman Asia Tenggara telah kehilangan lebih dari seperlima nilainya pada hari pertama perdagangan di Nasdaq New York.

Setelah menyelesaikan kesepakatan terkaya untuk sebuah perusahaan akuisisi tujuan khusus, atau Special Purpose Acquisition Company (SPAC) senilai USD 40 miliar, saham Grab Holdings Ltd. merosot ke penurunan lebih dari 20%.

Penaikan Dan Penurunan Grab

Grab Jadi Start Up Asia Tenggara Pertama yang IPO di Nasdaq AS, Valuasi Rp575 Triliun - Trenasia.com

Tidak langsung menurun, saham GRAB juga sempat mengalami penanjakan. Pada debut nya di Nasdaq, harga saham GRAB ada di level USD $13,06 (Rp 190.000), harga ini lalu sempat naik mencapai 18,8 dollar sebelum akhirnya melemah dan ditutup pada level 8,85 dollar pada hari pertama perdagangan nya, menurun sebanyak 20%.

Ketidakyakinan Dengan Prospek Grab

Seperti yang dijelaskan oleh The Wall Street Journal, salah satu alasan mengapa harga saham Grab telah menjatuh begitu banyak pada hari pertamanya adalah karena banyak para pengamat pasar masih merasa tidak yakin dengan prospek perusahaan tersebut, mewaspadai pembakaran uang tunai yang tinggi dan kurangnya pengembangan keuntungan nya.

“Mereka memiliki penilaian yang tinggi, tetapi mereka juga tidak memiliki rekam jejak dengan keuntungan berkelanjutan, arus kas bebas,” kata Sylvia Jablonski, salah satu pendiri dan kepala investasi ETF Defiance. 

“Saya suka dengan harga 10 dolar. Menurut saya, pasti masih ada ruang untuk perusahaan ini tumbuh.”

Efek Pandemi

Grab, seperti aplikasi pemesanan kendaraan dan pengiriman lainnya, telah kehilangan banyak uang sejak pertama didirikan pada 2012. Grab telah mengakumulasi kerugian sebesar $11,9 miliar pada Juni 2021, menurut prospektusnya.

Pada awalnya, kesepakatan SPAC mencakup penggalangan dana senilai US$ 4,5 miliar, tetapi pada kuartal ketiga tahun 2021 Grab telah tercatat turun menjadi US$ 157 juta. Hal ini terjadi karena peningkatan kasus pandemi virus corona dan lockdown yang dilaksanakan di berbagai negara di Asia Tenggara.

Logo Grab terpampang di Nasdaq Tower di Times Square, New York, Amerika Serikat jelang IPO, Kamis (2/12/2021).

Dengan adanya pandemi COVID-19, Grab kemungkinan akan terus terkena kerugian, karena berbagai negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Indonesia, dan Filipina terus berjuang melawan Covid-19. Bahkan ketika Filipina melihat kebangkitan, kata Shifara, seorang publisher di Smartkarma, varian Omicron terbaru juga dapat berdampak pada pendapatan Grab di semester pertama tahun depan.

Dia menambahkan: “(Grab) mungkin tidak bisa benar-benar mencapai keuntungan sesuai rencana awalnya untuk mencapai Ebitda positif pada tahun 2023, karena ini, Grab telah menjadi “Uber” lain yang belum melihat keuntungan meskipun beroperasi secara global.”

Karena ini, para pengamat pasar masih tetap ragu untuk membeli saham Grab. 

Tetapi Grab sendiri tidak menyerah, “terlepas dari harga saham, fokus kami adalah pada [model bisnis] superapp yang tangguh meskipun ada Covid,” kata Anthony Tan, co-founder dan chief executive Grab.

“Kami tidak melihat pertumbuhan dan profitabilitas sebagai sesuatu yang eksklusif. Kami beroperasi di pasar dengan peluang pasar yang besar dan penetrasi yang rendah di seluruh vertikal kami,” ujar Anthony Tan.

Baca berita lain tentang perusahaan Grab di sini: Grab Dan OVO Bagikan Dana Rp 20 Miliar Ke Puluhan Ribu Pengemudi Dan Mitra

Artikel Terbaru