CEO Riot Games Diselidiki Atas Pelecehan Seksual DLL!
Riot Games merupakan pengembang di balik game League of Legends dan Valorant. CEO mereka Nicolo Laurent, saat ini sedang diselidiki atas tuduhan diskriminasi gender dan pelecehan seksual.
Tuduhan itu diajukan sebagai bagian dari gugatan yang dilakukan oleh mantan karyawan Riot Games.
Pada 7 Januari, Sharon O’Donnell mengajukan kasus gugatan di Gedung Pengadilan Stanley Mosk Los Angeles, dengan Riot Games dan Nicolo Laurent sebagai terdakwa.
Sayangnya, ini bukan pertama kalinya Riot Games menghadapi tuduhan seperti itu.
BACA JUGA : CEO Riot Games Dituntut oleh Mantan Asistennya Atas Pelecehan Seksual
Tuduhan terhadap Riot Games dan Nicolo Laurent
Sharon O’Donnel adalah asisten eksekutif di Riot Games dari 2017, hingga Juli 2020. Dia mengajukan gugatan pekerja terhadap perusahaan karena kehilangan upah, biaya pengobatan dan kerusakan umum yang terkait dengan pekerjaannya yang diuraikan dalam gugatan.
Menurutnya, dia bekerja 10 jam hari dengan beberapa perjalanan lembur dan akhir pekan selama masa jabatannya di Riot Games.
Lebih lanjut, gugatan itu mengklaim “penghentian yang salah” dari O’Donnell, setelah dia menolak pendekatan seksual yang dilakukan Nicolo Laurent.
Riot Games mengumumkan bahwa perusahaan luar yang ditangani oleh komite khusus dari Direksi akan menyelidiki tuduhan tersebut.
Nicolo Laurent telah berjanji atas kerja sama dan dukungan penuhnya selama penyelidikan. Riot Games berkomitmen untuk memastikan bahwa semua klaim dieksplorasi dengan benar dan bahwa sikap yang sesuai akan diambil
Salah satu klaim bahwa Riot Games segera ditangani adalah tuduhan penghentian Sharon O’Donnell yang salah.
Menurut Riot Games, penghentian O’Donnell didasarkan pada beberapa keluhan yang terdokumentasi dengan baik dari berbagai orang.
Two years after a staff walkout over Riot Games' handling of discrimination and harassment lawsuits, a new lawsuit has been filed against the company's CEO alleging multiple instances of harassment. https://t.co/CN6RMIuJY5 pic.twitter.com/3OdSTagoqa
— PC Gamer (@pcgamer) February 10, 2021
Ini bukan pertama kalinya Riot Games dituduh “budaya seksisme.” Penyelidikan Kotaku pada 2018 mengungkap beberapa kontroversi di tempat kerja.
Kembali pada Mei 2019, lebih dari seratus karyawan keluar sebagai protes perusahaan. Pada Desember 2019, 1000 karyawan perempuan menyelesaikan gugatan diskriminasi gender.
Riot Games membayar $10 juta kepada karyawan perempuan dan berjanji untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.
Sangat disayangkan bahwa tindakan diskriminasi seperti itu ada di dunia saat ini.
Diharapkan, penyelidikan dapat mengungkap kebenaran dan tindakan yang tepat diambil. Mari kita doakan Spinners!
Jangan lupa kunjungi SPIN Website untuk informasi lainnya, dan ikuti akun Instagram dan Youtube kita.