Mengapa tim tuan rumah PMGC belum pernah menjuarai turnamen? Simak analisis lengkap soal tekanan, ekspektasi, dan mitos kutukan tuan rumah di PUBG Mobile Global Championship.
Sejak pertama kali digelar, PUBG Mobile Global Championship (PMGC) kerap menghadirkan satu fenomena menarik: tim tuan rumah hampir selalu gagal keluar sebagai juara. Meski mendapat dukungan penuh dari penonton lokal dan bermain di “kandang sendiri”, fakta di lapangan justru berkata sebaliknya. Hal ini pun memunculkan istilah tak resmi di kalangan fans, yaitu “kutukan tuan rumah PMGC”.
BACA JUGA : Daftar Top Eliminator PMGC 2025 Finals: Duel Panas Para Mesin Kill Dunia
BACA JUGA : CEO Alter Ego, Koh Delwyn Minta Fans Tetap Apresiasi Perjuangan Alter Ego Ares di PMGC 2025

Salah satu faktor utama adalah tekanan mental. Bermain di negara sendiri membuat ekspektasi terhadap tim tuan rumah meningkat drastis. Harapan publik, media, hingga komunitas justru bisa menjadi beban yang memengaruhi fokus dan pengambilan keputusan saat pertandingan krusial.
Selain itu, status tuan rumah sering kali membuat tim lokal menjadi sasaran utama. Strategi mereka sudah dipelajari lebih dalam oleh lawan, sehingga ruang untuk bermain bebas menjadi lebih sempit. Lawan-lawan cenderung lebih waspada dan agresif ketika berhadapan dengan tim tuan rumah.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah gaya bermain global. PMGC mempertemukan berbagai region dengan tempo dan meta berbeda. Tim tuan rumah terkadang kesulitan beradaptasi dengan gaya permainan internasional yang lebih fleksibel dan penuh kejutan.
Jadi, apakah ini benar-benar kutukan? Kemungkinan besar tidak. Lebih tepat disebut sebagai kombinasi tekanan mental, adaptasi meta, dan ketatnya persaingan global. Tinggal menunggu waktu sampai satu tim tuan rumah mampu mematahkan mitos ini di PMGC berikutnya.
Jangan lupa kunjungi SPIN Website untuk update terbaru lainnya, ikuti Instagram dan Youtube kita ya spinners.

