Semuanya bisa berubah dalam sekejap mata di NBA. Tim bisa berantakan dalam satu offseason atau yang lainnya. Itu seperti dua tim yang pernah ada di NBA yaitu Timberwolves dan Bulls yang merupakan salah satu tim yang paling menarik di liga.
Yang pertama adalah Chicago Bulls tidak tahu bagaimana memanfaatkan tim paling berbakat yang mereka miliki pada 2013-14. Cedera, keberuntungan yang sulit dan front office yang buruk membuat sebuah tim yang tampak siap menjadi kekuatan di Eastern Conference.
Tapi begitu juga Minnesota Timberwolves yang mencapai kesepakatan dengan Tom Thibodeau, sepertinya mantan pemain Bulls itu telah menemukan rumah baru di mana mereka bisa sekali lagi berkembang dan memimpin tim untuk pertarungan championship. Hari ini, kita akan melihat kembali Timberwolves pada 2018-19.
Derrick Rose
Derrick Rose adalah harapan terbesar Chicago Bulls sejak Michael Jordan. Dia menjadi MVP termuda dalam sejarah NBA dan merupakan pemain ditunggu-tunggu di liga sebelum cederanya mengambil seluruh yang terbaik dari dirinya.
Dia bersama Bulls sampai mereka trade dia ke New York Knicks pada 2015-16. Setelah akhir musim yang agak baik dengan Knicks dan berjuang dengan Cavaliers, Rose menandatangani kontrak dengan Timberwolves hingga akhir musim 2017-18.
Pada tahun berikutnya, ia mencetak rata-rata 18,0 points, 2,7 rebounds dan 4,3 assists per game dan bahkan mencetak 50 points yang merupakan tertinggi dalam karirnya. Dia tampak agresif dan percaya diri lagi dan sekarang berkembang dengan Detroit Pistons.
Jimmy Butler
Trade Jimmy Butler memicu proses rebuild kembali Chicago Bulls. Dia jelas tidak puas dengan ketidakmampuan tim untuk bersaing sehingga dia menyambut kepindahan dengan terbuka, menemukan jalan ke Timberwolves pada 2018 untuk akhirnya mengakhiri kekeringan playoff mereka.
Sedihnya, pemain inti muda Butler dan Timberwolves tidak bernasib sama. Dia pikir bintang muda mereka tidak cukup membantu apa yang inginkan dan tim tidak punya pilihan selain mengirimnya ke Philadelphia 76ers.
Butler membantu Sixers meraih tempat di playoff sebelum menandatangani kontrak multi-year dengan Miami Heat. Padahal selama masa bermainnya dengan Timberwolves, ia mencatatkan rata-rata 22,0 points, 5,3 rebounds, 4,8 assists dan 2,0 steals per game.
Luol Deng
Luol Deng adalah salah satu pemain yang paling dihormati di locker room Chicago Bulls. Etos kerjanya yang mengesankan dan kemampuannya untuk berkontribusi di lapangan memberinya banyak pengakuan di antara para pemain dan fans, jadi itu merupakan pukulan besar melihat mereka trade dia dengan Cavaliers.
Deng kemudian bergabung dengan Heat dan kemudian menandatangani kesepakatan dengan Lakers, yang sebenarnya tidak membutuhkannya sama sekali. Deng akhirnya bergabung dengan Timberwolves untuk musim 2018-19, yang akan menjadi yang terakhir dalam karirnya dengan mencatatkan rata-rata 7,1 points dan 3,3 rebounds.
Taj Gibson
Taj Gibson adalah salah satu pemain favorit Tom Thibodeau selama masa jabatannya bersama Bulls. Dia seperti Thibodeau yang selalu mendapatkan rasa hormat dari fans Bulls ketika dia masuk ke dalam starting lineup. Bulls akhirnya trade Gibson ke Thunder pada tahun 2017.
Dia tinggal disana sampai akhir musim sebelum memutuskan untuk bergabung kembali dengan Thibodeau di Timberwolves dengan kontrak dua tahun. Gibson mencatatkan rata-rata 11,5 points (tertinggi dalam karirnya), 6,9 rebounds dan 1,2 assists per game selama bermain di sana dan sekarang diatur untuk bergabung dengan Thibodeau lagi di New York Knicks.
Tom Thibodeau
Tom Thibodeau pantas mendapatkan banyak pujian untuk title Boston Celtics 2008. Keahlian defensifnya akhirnya memberinya pekerjaan kepelatihan dengan Chicago Bulls pada tahun 2010 dan ia dengan cepat mengubah tim menjadi penantang championship abadi.
Namun, sepertinya dia kehilangan pemain secara fisik dan hubungannya dengan front office tidak bagus pada akhirnya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan rumah baru setelah meninggalkan Bulls pada tahun 2015. Dia menandatangani multi-year dengan Minnesota Timberwolves pada tahun 2016 dan membawa tim kembali ke playoff untuk pertama kalinya sejak tahun 2005.
Meski begitu, itu sepertinya dia tidak cocok dengan para pemain muda mereka (Karl-Anthony Towns) dan dikeluarkan pada tahun 2019. Sekarang, dia diharapkan untuk melatih Knicks selama lima tahun ke depan.